Sekarang pukul?

Sahabat Sejati Menjadikan Berprestasi

Hidup sendirian pasti tidak enak. Mempunyai masalah tidak ada tempat curhat, ada beban dipikul sendiri, punya berita gembira tidak dapat dibagi-bagi. Coba kalau ada sahabat, kesulitan tidak akan terlalu menyusahkan, kebahagiaan akan bertambah ketika ada yang ikut bahagia. Tengoklah kiri kanan pasti ada seseorang yang bisa kita gaet sebagai sahabat.
Bersahabat, kudu!
Sudah takdirnya manusia Allah ciptakan sebagai makhluk sosial kita tidak mungkin hidup sendiri. Sahabat adalah contoh penting dalam rangka kebutuhan kita terhadap manusia lain. Rasulullah SAW saja semasa hidupnya hampir tidak pernah sendiri tanpa sahabat-sahabatnya. Sahabat beliau tidak satu, tapi semua asshabiqunal awwalun (generasi pertama yang masuk islam) adalah sahabat beliau. Bisa kita bayangkan betapa Rasulullah SAW sangat piawai membina hubungan pertemanan sehingga bisa mencapai derajat persahabatan, yang tentunya tahap kasih sayang dan kecintaannya sering melebihi cinta pada diri sendiri.

Sesama Jenis OK, Lain Jenis Nggak OK?
Untuk bisa mencapai tahap persahabatan, membutuhkan waktu dan proses. Sikap tafahum, ta'awun, dan tafakul yang paling urgen dalam persahabatan bisa muncul setelah beberapa lama kita ta'aruf (saling kenal) dengan calon sahabat kita. Kebutuhan akan persahabatan biasanya lebih dominan pada perempuan. Perempuan kental sekali dengan gelombang emosionalnya, sehingga ia cenderung butuh tempat berbagi perasaan dan kasih sayang. Berbeda dengan kaum pria, persahabatan tidak terlalu mengedepankan perasaan sehingga kalau di antara mereka ada perbedaan prinsip atau pendapat tidak membuat persahabatan mereka putus. Nah, jika memaksakan persahabatan antara laki-laki dan perempuan biasanya tidak akan bertahan lama. Timbulnya perasaan lain seperti cinta, cemburu, dan takut kehilangan seringkali merusak persahabatan.

Berani menerima perubahan
kalau kita mengartikan sebuah persahabatan adalah keakraban yang tidak akan berubah oleh kondisi apapun, tentu saja salah. Hidup ini penuh dengan kejutan dan perubahan. Terjadinya perubahan status, tempat, pendidikan, pekerjaan, dan aktivitas kalau tidak diiringi dengan sikap lapang dada bisa menggoyahkan persahabatan. Sebagai sahabat yang baik, tentu saja perubahan ke arah perbaikan yang dialami oleh sahabat kita tidak boleh membuat kita sakit hati dan kecewa. Setiap perubahan baru yang dialami seseorang pasti membutuhkan waktu untuk diadaptasi. Yang paling penting adalah perintah Allah untuk senantiasa bersabar dengan orang-orang yang senantiasa mengingat Allah, dan jangan berpaling dari mereka hanya karena ingin mendapatkan keuntungan dunia (QS. Al Kahfi : 28)

Sudahkah Menjadi Sahabat Sejati?
Dalam ayat di atas Allah juga mengingatkan kita untuk tidak menjadikan sahabat orang-orang yang hatinya lalai, suka menuruti hawa nafsu, dan kelakuannya sering melampaui batas. Seperti kata Rasulullah SAW "seseorang itu menurut agama (aturan) temannya, maka telitilah terlebih dahulu orang yang akan menjadi temanmu." Sahabat sejati bukanlah seseorang yang manis di mulut dan membujuk pada hal-hal negatif. Orang bijak mengatakan, sahabat sejati adalah teman yang mendegar dan mengerti ketika kita mengungkapkan perasaan yang paling dalam. Ia memberikan dukungan ketika kita sedang berjuang, ia tidak melihat dari fisik dan kekayaan. Ia mengoreksi kita dengan lembut dan sayang ketika kita berbuat salah, dan ia memaafkan ketika kita gagal. Jika kita belum punya sahabat seperti ini, berdoalah agar Allah menganugerahkannya untuk kita.

Sahabat Dunia Akhirat
Kita bersahabat, tentu kita ingin agar persahabtan itu langgeng sampai akhir hayat. Persahabatan Rasulullah dan sahabatnya bagus sekali untuk kita contoh. Persahabatan mereka bukan hanya persahabatan di dunia, tetapi juga berorientasi akhirat. Dalam kebaikan yang mereka persembahkan untuk sahabat tercinta, mereka ingin hanya Allah lah yang tahu perbuatan baik mereka, bukan sahabatnya. Sikap ini semakin menambah cinta antara mereka walaupun sudah terpisah jauh, sehingga Rasulullah SAW mengatakan bahwa kelak di akhirat mereka akan dikumpulkan bersama orang-orang yang dicintainya. Maka mencintailah karena Allah, dan cintailah orang-orang yang mencintai Allah dan rasulNya, supaya kita dapat berkumpul dengan mereka di surga.
sumber: majalah Annida no. 09/XIII/2004

0 komentar:

Posting Komentar